Friday 7 April 2017

Inilah Alasan Kenapa Banyak Gamer Indonesia Sering Menghujat Developer di Playstore



Selamat malam, Matrixidians! Apa kabar? Semoag semua selalu sehat ya. Belakangan ini admin lagi asik main game Hunter Age Mobile, sebuah game yang seru banget untuk dimainkan. Review menyusul deh. Yang ingin admin bahas kali ini bukanlah game ataupun anime, tapi attitude gamer di negara kita ini. Apa sih yang membuat gamer di negara kita berbeda, sehingga admin menulis “gamer di negara kita” seolah negara kita punya gamer yang “berbeda”?

Nah, Matrixidians pasti pernah dong download game di playstore? Di sana pasti ada banyak sekali game dan aplikasi yang Matrixidians butuhkan untuk sekedar mengisi memori HP, menikmati fitur aplikasinya, atau bahkan untuk mereview fitur dan fungsinya. Apapun tujuannya, pasti kalian pernah melihat banyak sekali beragam komentar yang ditulis dari orang-orang dari berbagai negara, termasuk beragam komentar yang kira-kira seperti ini :
  1. Game busuk! Gak bisa dimaenin, jangan didownload!
  2. Apa sih gamenya gaje banget, cuma tulisan doang gak bisa dimaenin (padahal aplikasinya Game Guide, bukan Game)
  3. Game jelek, udah didownload malah sering keluar sendiri
  4. Gamenya bagus tapi kalo bisa kasih diamond/crystal/coins/gold gratis dong (biasanya game yang ada in-app purchase nya)
Well, entah kenapa sebagian besar komentar-komentar yang kita lihat itu, datang dari gamer kita di Indonesia ini. Ketika kalian melihat komentar semacam itu, apa yang kalian pikirkan? Kami, Matrixide, berpikir tentang penyebab kenapa hal unik tersebut bisa terjadi. Ini adalah analisis dari kami.

Pembuatan game dengan Game Maker Studio
Tidak semua gamer di Indonesia memahami rumitnya pembuatan game
Dalam membuat game, ada banyak sekali yang harus diperhatikan. Game RPG misalnya, pihak pengembang game atau developer, harus memastikan bahwa storyline gamenya kuat. Musik di dalam gamenya harus dapat mempengaruhi emosi pemainnya, gameplay nya harus meyakinkan, grafisnya harus sesuai perkembangan zaman (jarang banget ya sekarang game RPG yang masih 2D seperti Final Fantasy 1 atau Polygon seperti Final Fantasy 7). Sayangnya, tidak semua gamer di Indonesia memahami beratnya proses ini, bahkan tidak banyak dari mereka yang mau tahu sakitnya nyari bug yang ditemukan saat testing. Ini adalah penyebab kenapa mereka (gamer lokal) dengan entengnya menghujat video game karya orang lain.
Pembuatan game RPG dengan RPG Maker Studio
Tidak semua gamer di Indonesia memahami kapasitas dan spesifikasi perangkat gaming mereka
Pernahkah kamu mencoba untuk memainkan game-game untuk OS Android di Nokia 3315? Pernahkah kamu mencoba untuk memainkan Sniper Elite 3 di PC yang low? Jika pernah, apa yang kalian dapat? Tentu tidak akan bisa kan? Yah, spesifikasi perangkatnya saja tidak sesuai dengan game yang ingin dimainkan. Inilah yang terjadi di negara kita, di mana gamer sudah cukup puas dengan smartphone dengan RAM 512 MB, namun berambisi besar untuk memainkan game dengan RAM minimal 1GB. Berbagai macam masalah akan mulai terjadi. Mulai dari force close bahkan sampai tidak bisa dibuka sama sekali. Namun kurangnya pengetahuan akan hal ini, membuat sebagian gamer Indonesia justru marah ke pihak developer karena membuat game yang tidak bisa dimainkan di HP mereka.
Smartphone & HP Nokia jadul, apakah sama kecanggihan fiturnya?
Kurangnya rasa menghargai usaha orang lain
“GM please give me free diamond” wah ini nih, komentar yang bikin admin suka dongkol sendiri. Komentar seperti ini, biasanya meminta GM untuk memberikan item berbayar di dalam game secara cuma-cuma. Guys, please sadari bahwa game developer itu berjuang keras, menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk membuat game karena itu sumber penghasilan mereka. Berapa banyak dari kita yang mau bekerja berbulan-bulan berkorban waktu dan energi untuk menghasilkan sesuatu yang gratis untuk semua orang? Admin yakin gak banyak yang mau seperti itu. Sadarlah, aplikasi game di playstore itu sudah gratis saja, itu sudah cukup. Bahkan sebagian besar game seperti itu 100% fiturnya dapat difungsikan. Bayangkan jika harus membayar IDR 10.000 saja untuk mendownload gamenya, apalagi ada beberapa fitur yang harus di-unlock dengan bayar lebih. Mau menghujat game itu sampai seperti apa lagi?
Ini terjadi karena kurangnya rasa menghargai usaha orang lain. Jangankan grafis naga 2D di game-game indie, grafis naga 3D di sinetron kolosal di salah satu stasiun TV aja dihina-hina kan?

Komentar dari Playstore
Komentar dari Playstore
Untuk gamer-gamer budiman di luar sana, jadilah gamer bijak. Pahamilah dulu spesifikasi perangkat gaming kita sebelum membeli atau mendownload sebuah game/aplikasi. Berhentilah menghujat karya orang lain yang belum tentu bisa kita buat. Sebab kita tidak tahu perjuangan mereka membuat karya mereka itu.

Salam damai dari kami, semoga industri hiburan digital kita semakin maju baik penciptanya maupun penikmatnya.

0 comments:

Post a Comment